Penyelam akan tahu kapan kemampuan control daya apungnya baik, ketika ia mulai menggerakan fins, posisinya tidak naik atau turun di kolom air.
Tanda umum keterampilan mengapung yang membutuhkan perhatian adalah ‘stop and drop’, dimana penyelam pemula sering kelebihan timah pemberat badan atau berusaha mengapung namun terus menerus menggerakan fins agar tidak turun. Karena jika berhenti kicking, akan tenggelam.
Banyak Menggerakan Tangan di Bawah Air
Penyelam dengan keterampilan daya apung yang baik jarang menggunakan tangan untuk bergerak dalam mempertahankan posisi. Tangan adalah alat untuk komunikasi, tempat untuk memegang kompas, mengenakan divecom dan mengontrol inflator.
Setiap gerakan di bawah air harus dilakukan dengan hati-hati dan disengaja untuk menghemat energi dan udara, bahkan ketika berputar atau membalikkan badan gerakan dilakukan oleh fins.
Sebaliknya, seorang penyelam dengan buoyancy control kurang terasah akan sering mengepakkan tangan mereka. Terkadang tanpa disadari setiap kali mereka ingin berhenti, berbalik, membalikkan, menghindari sesuatu atau menyesuaikan daya apung.
Fenomena ini, kadang-kadang dikenal sebagai ‘wafting,’. Ini adalah penanda daya apung yang membutuhkan pelatihan lebih lanjut.
Secara naluri, penyelam itu kembali menjadi ‘mahluk daratan’.
Bisa disebut itu tanda awal ketidakseimbangan (unbalancing), menggunakan tangan agar tidak tenggelam. Penyelam ini seolah-olah masih berada di daratan, menggunakan tangan untuk menjaga keseimbangan.
Apa pun kedalaman atau keadaannya, seorang penyelam yang kompeten keterampilan daya apung akan mampu mempertahankan posisi dengan baik.
Pertanda bahwa keterampilan daya apung perlu perhatian adalah ketika penyelam kadang-kadang keluar dari kelompok, di kedalaman yang sama alias terlalu dalam atau naik tanda disadari.
Instruktur biasanya akan menguji daya apung dengan memberikan instruksi “cek konsol” (cek sisa udara dan kedalaman). Dari perintah sederhana ini, akan terlihat ada penyelam yang megap-megap gagal menemukan konsol, kemudian kehilangan kendali dan naik ke permukaan perlahan-lahan tanpa disadari.
Padahal, pada penyelaman yang aman dan nyaman, penyelam menggunakan keterampilan daya apung untuk safety stop, navigasi bawah air (melihat kompas) dan melepaskan SMB (surface marker bouy) dsb.
Tenggorokan Kering
Penyelam pemula atau yang perlu refresh dive, akan menghabiskan udara lebih banyak. Ia perlu mengkonsumsi udara karena mengeluarkan energi maksimal, untuk penyesuaian daya apung dengan menggunakan tangan maupun fins-nya.
Namun tanda boros udara itu, juga jangan diartikan penyelam yang mengkonsumsi lebih banyak udara memiliki teknik yang buruk. Atau konsumsi udara sedikit, disamaartikan penyelam terampil. Soalnya, beberapa beberapa penyelam memang memiliki fisiologi paru-paru yang lebih besar dan membutuhkan asupan udara yang besar pula.
Penyelam yang bernapas terlalu keras karena berjuang mempertahankan posisi dalam air, sering mengkonsumsi lebih banyak udara. Tandanya, saat selesai diving, melaporkan tenggorokannya terasa kering dan haus. (Hendrata Yudha)