Jakarta, Seorang penyelam muda, sekitar 25 tahun, mengikuti fun dive ke Pulau Harapan. Ketika dive pertama, dia sudah mengeluhkan sakit gigi yang berkepanjangan mulai dari turun ke kedalaman hingga selama menyelam. Dari rencana penyelaman sebanyak 4 log terpaksa tidak bisa dilaksanakan semua.
“Gak enak nih, cenat-cenut gigi gue, “ kata pemuda itu, sebut saja namanya Fathur.
Dari keluhan yang disampaikan, dokter gigi memperkirakan adanya satu lubang kecil di gigi si pemuda yang membuat kondisi giginya kurang sehat.
“Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang terperangkap di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan mengakibatkan terbentuknya tekanan negatif atau positif di dalam ruangan yang terbatas,” ujar Dokter Gigi Budi Utomo, dari Rumah Sakit Haji Jakarta, Senin, (9/12/2019).
Dokter gigi yang penyelam NAUI itu menjelaskan, sakit gigi itu dikenal sebagai Gigi Squeeze atau Barodontalgia. Tekanan di gigi ini akan merangsang struktur sensitif gigi dan mengakibatkan rasa sakit.
Dijelaskannya, penyebab Barodontalgia bermacam-macam, misalnya yang paling umum oleh kondisi gigi yang kurang baik seperti adanya karies (karang gigi), restorasi gigi (penambalan gigi), luka di daerah mulut, cabut gigi, terapi pada akar gigi dan abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).
Dalam hukum tekanan, jika terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan menekan ke arah dalam dan ruangnya akan terisi darah.
Kebalikannya, jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi menekan ke arah luar.
Agar aktivitas menyelam tetap nyaman, maka penyelam harus mengenal kondisi fisiknya. Sekecil apapun keluhan soal gigi, harus dikonsultasikan kepada ahlinya.
“Untuk menghindari barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam setelah terapi gigi. Yang tak kalah penting, rutin cek kesehatan gigi seperti cek regulator scuba, setahun sekali,” tutur Drg. Budi Utomo. (Hendrata Yudha)